Di kamar ini, saya masih sendiri ditemani suara radio dari frekuensi kesukaanku. Aku suka frekuensi ini karena menghibur, informasinya ringan, buat hidup lebih hidup. DI kamar ini, aku masih sendiri. Ayah, mama, dan kakaku belum juga pulang. Jam di meja belajarku sudah menunjukkan jam 12 malam, saat pergantian waktu dari tanggal 3 maret menjadi 4 maret. Di kamar ini, aku masih sendiri tanpa orang yang aku sayangi. SMS terkahir papa berbunyi: “adek, papa pulang tengah malam ya..papa lagi sidang, ga bisa ditinggal”. Sidang apa? Aku sendiri ga tahu banyak. Yang aku tahu, itu juga dari cerita teman-teman di sekolah, bahwa sekarang sedang berlangsung sidang paripurna D**. Menurut cerita teman-temanku lagi, sidang yang sedang berlangsung sangat alot dan menegangkan, pake kelahi segala. Huh….ga asik bangat. Aku ga tau papa berperan sebagai apa. Yang jelas tadi pagi papa bilang “satu suara sangat berharga”. Suara kok dihargai ya..aku belum ngerti. Harganya berpa juta ya? Ah..papa ada-ada aja. Sebenarnya, bagiku lebih baik papa pulang ke rumah, makan bersama, nonton bersama atau ngajarin aku belajar matematika. Ah..tapi papa lebih memilih rapat.
Mamaku juga belum pulang. Jam segini mama belum pulang. Tumben-tumbennya. ga pernah seperti ini. Waktu dia telepon katanya dia sedang ada kumpul dengan teman-temannya menonton sidang. Aku heran aja, sidang kok ditonton, rame-rame lagi, ditempat khusus lagi. Nonton kan bisa sendiri di rumah. Bahkan klo bisa jangan nonton sidang. Nonton film kek, pentas musik kek, atau acara keluarga kek. Alah..mamaku ada-ada aja. Tetapi aku tidak banyak bertanya, karena aku tahu siapa mamaku. Klo aku banyak bertanya dia pasti marah. Klo udah marah ga enak dong jadinya. Uh..mama..mama.
Sedangkan kakakku, sampai detik ini juga belum pulang. Klo kakakku ga ada kabarnya. Tadi pagi dia hanya bilang hari ini ga kuliah, ada acara sama teman-teman. Satu kata asing yang sempat aku dengar dari kakak yaitu “konsolidasi”. Apaan itu? aku ga ngerti, tetapi ketika kakak mengatakan itu ekspresinya tegas, suaranya lantang. Kakaku ini walau penampilannya acak adul tetapi ada karisma pada dirinya yang membuatku selalu kagum padanya.
Ups..satu lagi…aku juga harus cerita tentang pembantuku. Jam segini pembantuku belum tidur, dia masih “bersemadi” di depan kotak berukuran jumbo itu yang layarnya mempertontonkan lapangan hijau dan orang-orang berlari mengejar satu bola. Kadang terdengar pekikan “golllllllllllllllll……!!!!” Sepertinya dia merasakan sebuah kemerdekaan yang penuh..majikan ga ada. Uh..mba Ijah yang sableng tapi baik.
Aku sendiri, masih saja sendiri di kamar ini menanti orang-orang yang aku sayangi.
Ting..tong..bel rumah berbunyi. Aku berlari ke pintu dan membukanya. Ho..ho..orang-orang yang aku sayangi ada di depan pintu. Thanks God. Mereka hanya tersenyum kemudian dengan dingin masuk rumah. Kembali kami berempat tambah mba Ijah berkumpul di rumah tercinta. Kami kembali ke dunia yang indah. Di meja perjamuan ini kami kembali mengucap syukur dan menikmati hidangan yang ada. DI tempat ini, papa bukan peserta sidang lagi, ibu bukan karyawan lagi, kakakku bukan aktivis lagi. Tetapi mba Ijah tetap saja sableng yang baik. Di tempat ini kami satu keluarga yang saling membahagiakan. Semoga kebersamaan ini tetap utuh selama-lamanya.
"Bukan materi yang aku harapkan..Tapi kehadiran kalian.."
Mamaku juga belum pulang. Jam segini mama belum pulang. Tumben-tumbennya. ga pernah seperti ini. Waktu dia telepon katanya dia sedang ada kumpul dengan teman-temannya menonton sidang. Aku heran aja, sidang kok ditonton, rame-rame lagi, ditempat khusus lagi. Nonton kan bisa sendiri di rumah. Bahkan klo bisa jangan nonton sidang. Nonton film kek, pentas musik kek, atau acara keluarga kek. Alah..mamaku ada-ada aja. Tetapi aku tidak banyak bertanya, karena aku tahu siapa mamaku. Klo aku banyak bertanya dia pasti marah. Klo udah marah ga enak dong jadinya. Uh..mama..mama.
Sedangkan kakakku, sampai detik ini juga belum pulang. Klo kakakku ga ada kabarnya. Tadi pagi dia hanya bilang hari ini ga kuliah, ada acara sama teman-teman. Satu kata asing yang sempat aku dengar dari kakak yaitu “konsolidasi”. Apaan itu? aku ga ngerti, tetapi ketika kakak mengatakan itu ekspresinya tegas, suaranya lantang. Kakaku ini walau penampilannya acak adul tetapi ada karisma pada dirinya yang membuatku selalu kagum padanya.
Ups..satu lagi…aku juga harus cerita tentang pembantuku. Jam segini pembantuku belum tidur, dia masih “bersemadi” di depan kotak berukuran jumbo itu yang layarnya mempertontonkan lapangan hijau dan orang-orang berlari mengejar satu bola. Kadang terdengar pekikan “golllllllllllllllll……!!!!” Sepertinya dia merasakan sebuah kemerdekaan yang penuh..majikan ga ada. Uh..mba Ijah yang sableng tapi baik.
Aku sendiri, masih saja sendiri di kamar ini menanti orang-orang yang aku sayangi.
Ting..tong..bel rumah berbunyi. Aku berlari ke pintu dan membukanya. Ho..ho..orang-orang yang aku sayangi ada di depan pintu. Thanks God. Mereka hanya tersenyum kemudian dengan dingin masuk rumah. Kembali kami berempat tambah mba Ijah berkumpul di rumah tercinta. Kami kembali ke dunia yang indah. Di meja perjamuan ini kami kembali mengucap syukur dan menikmati hidangan yang ada. DI tempat ini, papa bukan peserta sidang lagi, ibu bukan karyawan lagi, kakakku bukan aktivis lagi. Tetapi mba Ijah tetap saja sableng yang baik. Di tempat ini kami satu keluarga yang saling membahagiakan. Semoga kebersamaan ini tetap utuh selama-lamanya.
"Bukan materi yang aku harapkan..Tapi kehadiran kalian.."
Cerita ini asli dari aku (Dido Irawan) ..